Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Tujuan Tasawwuf

TUJUAN TASAWWUF
Tujuan dari tasawwuf adalah “ fana ” untuk mencapai ma’rifatullah, yaitu leburnya diri pribadi pada kebaqaan Allah, dimana perasaan keinsanan lenyap diliputi rasa Ketuhanan. Dalam keadaan demikian, semua rahasia yang membatasi diri dengan Allah tersingkap (kasyaf). Ketika itulah antara diri dengan Allah menjadi satu dalam baqa-Nya tanpa “ Hulul ” dan “ Ittihad ”. Artinya tanpa bersatu antara Abid dan Ma’bud dalam pengertian seolah-olah manusia dan Tuhan adalah sama.
Yang dimaksud Fana disini adalah seluruh makhluk, dunia dan diri hilang sama sekali dari ingatan hati, karena ia tenggelam dalam kesedapan dan kelezatan ingat kepada Allah semata-mata. Dan lenyaplah kesadaran hanya kepada Allah Yang Maha Esa saja. Fana yang demikian tidak akan terjadi, melainkan ia tersyuhud kepada salah satu dari keempat unsur dibawah ini:
1) Af’al Allah
2) Asma’ Allah
3) Sifat Allah
4) Zat Allah
Apabila hati orang sufi yang telah bersih teringat kepada perbuatan Allah (Af’al Allah) atau kepada Zat Allah, niscaya datanglah ketidak-sadaran kepada dirinya dan kepada sesuatu yang lain, karena kelezatan Ingat kepada Allah. Inilah yang dinamakan Fana atau disebut juga maqam jama’.

Dalam hal Fana ini Syaidina Ali Bin Abi Thalib R.A, berkata:

ﻭﻔﻰ ﻔﻧﺎﺋﻰ ﻔﻧﺎ ﻔﻧﺎﺋﻰ ٬ ﻭﻔﻰ ﻔﻧﺎﺋﻰ ﻭﺟﺪﺖ ﺍﻧﺕ
aku bahkan itulah kefanaanku didalam tetapi ,kefanaanku leburlah ,fanaku didalam Dan " : Artinya
." (Tuhan) Engaku mendapatkan
Apabila seorang sufi telah fana, maka ketika itulah ia mengucapkan kata-kata yang ganjil dan sulit dipahami yang kadang-kadang tidak dapat diterima dengan pertimbangan akal. Karena ia bukanlah hal yang timbul dari akal semata, melainkan dari rasa. Kadang-kadang mereka berkata:
• “ Anal Haq ” (Akulah Tuhan Yang Sebenarnya)
• “ Ma fil jubabati Illallah ” (Tidak ada yang dalam Jubahku Melainkan Allah)
• “ Ana Man Ahwa, Wa Man Ahwa Ana ” (Akulah Orang Yang Kurindui, Dan Orang Yang Kurindui Ialah Aku).

Perkataan demikian menimbulkan faham orang bahwa Tuhan dan manusia berpadu menjadi satu (Ittihad). Orang yang dalam keadaan tak sadar diri (Fana) dan mengeluarkan kata-kata ganjil itu, bukan berarti dia tidur atau tidak bergerak lagi badan kasarnya, tetapi mereka selalu berjalan seperti orang sehat dan berbicara dengan orang lain, tapi ia tak sadar kepada orang itu.
Kata Ittihad itu adalah ucapan-ucapan yang menimbulkan pengertian orang, bahwa Tuhan dan manusia itu adalah satu ”. Menurut istilah Tasawwuf, bila orang-orang Shufi yang dalam keadaan fana serta mengucapkan kata-kata seperti itu dinamakan “ Wihdatul Wujud ” atau disebut Al-Ittihad. Dan dalam keadaan demikian, mereka tidak terkena hukum taklif syara’ karena akal mereka hilang dari kesadaran alam sekitarnya.
Dan setiap seorang wali pada umumnya melalui jalan ini, tapi ada yang selamat dan terhindar dari fiitnah, dan ada pula yang tidak terselamatkan seperti Shufi besar Al-Hallaj yang dijatuhi hukuman mati.
Adapun maqam Nabi dan Rasul ialah makam baqa yang sudah tercipta dari sejak awal. Jadi ia tak perlu menempuh jalan fana, seperti orang Shufi, yang dianggap oleh orang awam yang tidak tahu, sebagai orang gila.
Sebab-Sebab terjadinya ucapan seperti: “ Tidak Ada Tuhan, Melainkan Aku ” atau “ Akulah Tuhan Yang Haq ” dan sebagainya. Pengucapan demikian sebenarnya mencerminkan apa yang sebenarnya dari Allah, bukan berarti dia mengaku dirinya sebagai Tuhan yang dapat menciptakan alam semesta ini. Dalam kaitan ini, bukankah kita pernah membaca ayat al-Quran (Q.S Thaha:14)

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا
Aku Selain Tuhan Ada Tidak ,Allah Adalah Ini Aku Sesungghnya : Artinya

Ini berarti perkataan “ Aku ” bagi pembaca ayat ini, mengaku dirinya sebagai Tuhan, padahal itu adalah menceritakan apa yang sebenarnya daripada kalam Allah (Al-Quran) itu sendiri.
Fana adalah merupakan pintu masuk untuk menemukan Allah (Liqa Allah) bagi orang-orang yang benar-benar mempunyai keinginan yang kuat bertemu Allah, perhatikanlah Firman-Nya (Q.S Al-Kahfi:10)

Posting Komentar

0 Komentar