Pengertian Tariqat berasal dari beberapa sumber adalah sebagai berikut:
a. Istilah tariqat berasal dari kata At-tariq (jalan) menuju kepada hakikat, atau dengan kata lain pengamalan syariat, yang disebut “Al-jara” atau “al-amal” sehingga Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy menggunakan tiga macam definisi, yang berturut-turut disebutkan:
Artinya: Tariqat adalah pengamalan syariat, melaksanakan beban ibadah (dengan tekun) dan menjauhkan diri dari (sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya tidak boleh dipermudah”
Dan
Artinya: Tariqat adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah Tuhan sesuai dengan kesanggupannnya, baik larangan dan perintah yangg nyata maupun yang tidak (batin)
b. Di dalam Pengantar Buku Ilmu Tariqat karangan Prof. Dr. H. Abu Bakar Aceh dijelaskan bahwa tariqat itu artinya jalan, petunjuk dalam melakukan ibadah sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in warisatul ambiya’, turun-temurun sampai kepada guru-guru, sambung menyambung dan rantai-berantai.
c. Perkataan Tariqat (tariqah) secara harfiyah berarti “jalan”. dalam hal ini yang dimaksud ialah jalan menuju kepada Allah guna mendapatkan ridha-nya, dengan menaati ajaran-ajarannya (Nurcholis Madjid, 1995, Hal. 109).
Mengenai perkataan tariqat terdapat dalam Al-qur’an surat al-Jinn ayat 16 yang berbunyi sebagai berikut:
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلاَ تَدْعُوا مَع اللَّهِ أَحَدً
Artinya: Dan bahwasanya, jikalau mereka tetap berjalan lurus diatas jalan itu (agama Islam), benar-benar kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak)”.
d. Tariqat secara harfiyah berarti jalan atau cara untuk mencapai tingkatan-tingkatan (maqamat) dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan. Melalui cara ini seorang sufi dapat mencapai tujuan peleburan diri dengan yang nyata (fana lil baqa). (Dadang Ahmad. Hal. 210).
e. Sedangkan menurut saya, Tariqat adalah khazanah kerohanian, dalam Islam dan sebagai salah satu pusaka keagamaan yang terpenting. Karena dapat mempengaruhi perasaan dan pikiran kaum muslimin serta memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembinaan mental beragama masyarakat. Selama ini, merasa terbelenggu oleh berbagai kecendrungan materialistis dan nihilisme moderen yang orientasinya mengacu kepada kemudahan, kenyamanan dan fasilitas hidup yang menyenangkan serta dapat dinikmati dengan leluasa yang pada kenyataanya tidak selalu mendatangkan kesejahteraan dan kebahagiaan ummat. Namun justru pada sebagian orang yang menganutnya menimbulkan ketenangan jiwa dan kemampuan spritual bagi dirinya. Untuk menghindari adanya trauma pada sebagian masyarakat, dengan kondisi di atas dan untuk mewujudkan sikap serta mental agamanya, maka dibutuhkan suatu pembinaan khusus melalui penddikan yang khusus pula secara sistematis, terarah dan kontiniyu yang lebih berorientasi pada kehidupan kerohanian yang dapat dijadikan pokok bagi mereka (masyarakat) di dalam memandang segala persoalan-persoalan kehidupan.
Thariqat dapat dikatakan sebagai jalan menuju Allah Azza Wajalla. Dengan menekuni thariqat merupakan suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta secara lebih sempurna, Artinya dengan berthariqat seseorang akan melakukan ajaran-ajaran (syari'at islami dengan lebih sempurna serta ajaran Allah dan Rasulnya). Hal ini sejalan dengan makna thariqat yang berkembang dikalangan para ahli thariqat yaitu: “Jalan atau petunjuk dalam melakukan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW dan yang diceritakan beliau dan para sahabatnva ”.
Sejarah Ringkas Terbentuknya Tariqat Naqsyabandiyah
Kata Naqsyabandiyah berasal dari Bahasa Persia, diambil dari nama pendirinya yaitu Baha-ud-Din Naqshband Bukhari. Sebagian orang menerjemahkan kata tersebut sebagai "pembuat gambar", "pembuat hiasan". Sebagian lagi menerjemahkannya sebagai "Jalan Rantai", atau "Rantai Emas". Perlu dicatat pula bahwa dalam Tarekat Naqsyabandiyah, silsilah spiritualnya kepada Nabi Muhammad adalah melalui khalifah Abu Bakar, sementara kebanyakan tarekat-tarekat lain silsilahnya melalui khalifah Ali bin Abu Thalib.
Imam dari tariqat ini adalah Khawaja Muhammad Baha’ Din al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandi(717-791 H), lahir pada sebuah desa bernama Hindiwan, yang kemudian bernama desa Arifah, jaraknya beberapa kilo meter dari Bukhara. Sebagaimana cerita-cerita lain Baha’ al-Din pun mempunyai cerita-cerita dan tanda-tanda kelahiran yang aneh, contohnya suatu hari, seorang wali besar Muhammad Baba Samasi berjalan melalui desa Arifah itu, tatakala ia masuk pada desa itu, ia berkata kepada teman-temannya, bau harum yang kita ciumi sekarang ini datangnya dari seorang laki-laki yang akan lahir dalam desa ini. Perkataan ini diucapkan sebelum lahir Baha’ Din (Abu Bakar Aceh 1993: 319).
Silsilah Tarekat Naqsyabandiyah bersambung dari Rasulullah kepada Sayyidina Abu Bakar Siddiq r.a., kepad Sayyidina Salman Al Farisi r.a., dan seterusnya sampai dengan ahli silsilah yang terakhir, walaupun inti ajaran pokoknya adalah sama, yaitu zikrullah, namun nama – nama tarekatnya berbeda antara satu periode keperiode selanjutnya, Nama nama itu adalah sebagai berikut :
1. Pada masa periode Rasulullah SAW dinamakan dengan Thariqatus Sirriyah, karena halus dan tingginya peramalan ini.
2. Pada masa periode Abu Bakar Siddiq R.A. dinamakan dengan Thariqatus Ubudiyah, karena beliau melihat kesempurnaan pengabdian Nabi Muhammad SAW sepenuhnya kepada Allah SWT, dan untuk Nya baik lahir maupun batin.
3. Pada masa periode Salman Al Farisi R.A. sampai denga periode Syekh Thaifur Abu Yazid Al Busthami Q.S. dinamakan dengan Thariqatus Shiddiqiyah, karena kebenaran dan kesempurnaan Sayyidina Abu Bakar Siddiq r.a., mengikuti jejak Rasulullah SAW lahir maupun batin.
4. Pada masa periode Abu Yazid Al Busthami sampai dengan periode Syekh Abdul Khaliq Al Fajduwani Q.S. dinamakan dengan Thariqatuth Thaifuriyah, mengambil nama asli dari Syekh Tahifur bin Isa bin Adam bin Sarusyan.
5. Pada masa periode Syekh Abdul Khaliq Al Fajduwani Q.S. sampai dengan periode Syekh Bahauddin Naqsyabandi Q.S. dinamakan dengan Thariqatul Khawajakaniyah, mengambil nama Khawajah Syekh Abdul Khaliq Al Fajduwani Q.S.
6. Pada masa periode Syekh Bahauddin Naqsyabandi Q.S. sampai dengan periode Syekh Nashiruddin Ubaidullah Al Ahrar Q.S. dinamakan dengan Thariqatun Naqsyabandiyah, mengambil nama dari Syekh Bahauddin Naqsyabandy.
7. Pada masa periode Syekh Nashiruddin Ubaidullah Al Ahrar Q.S. sampai dengan periode Syekh Ahmad Al Faruqi Q.S. dinamakan dengan Thariqatun Naqsyabandiyah Al Ahrariyah. Mengambil nama dari Nashiruddin Ubaidullah Al Ahrar Q.S.
8. Pada masa periode Syekh Ahmad Al Faruqi q.s. sampai dengan periode Maulana Asy Syekh Dhiyauddin Khalid Al Ustmani Al Kurdi q.s. dinamakan dengan periode Thariqatun Naqsyabandiyah Al Mujaddidiyah.
9. Pada masa periode Maulana Asy Syekh Dhiyauddin Khalid Al Ustmani Al Kurdi q.s. sampai dengan sekarang dinamakan dengan Thariqatun Naqsyabandiyah Al Mujaddidiyah Al Khalidiyah.
0 Komentar